By: Pacel Zacharias
Ibadah Pertengahan Minggu
27 Juni 2018
Lukas 10:38-42
Dari kisah ini (Yaitu Kisah di Bethania), saya ingin kita belajar
lebih lagi tentang: apa itu prioritas? Apa arti prioritas dari seseorang yang
telah mengaku percaya Tuhan Yesus? Apakah prioritas kita adalah mengalami keintiman atau persekutuan bersamaNya atau
mungkin berkatNya, mukjizatNya, pertolonganNya atau janji
masa depanNya? Mungkin saja kita seperti kisah Marta yang
berasumsi bahwa melayani Tuhan Yesus adalah sebuah prioritas. Tidak jarang kita
menemukan fakta bahwa banyak orang bersemangat dalam melayani Tuhan, aktif
melayani Tuhan bahkan ke gereja setiap hari minggu. Kelihatannya mereka sangat
sibuk dengan Tuhan padahal sesungguhnya mereka tidak memiliki persekutuan pribadi
secara kontinyu dengan Tuhan yang adalah BapaNya. Jadi, tidak mengurangi rasa
sopan, jika saya berasumsi bahwa kebanyakan orang percaya mungkin memiliki
pengertian yang berbeda mengenai prioritas dalam perjalanan rohaninya. Seseorang
bisa saja memiliki pendapat atau keputusan yang keliru tentang sebuah prioritas
jika ia memiliki pemahaman yang keliru akan Tuhannya dan kebenaran Alkitab. Jika
Tuhannya adalah dunia serta kepuasaanya maka mungkin prioritasnya adalah
bagaimana caranya memuaskan kebutuhan jasmani namun sebaliknya jika Tuhannya
adalah Tuhan Yesus Pemberi hidup untuk hari ini dan hari yang akan datang maka
secara otomatis orang tersebut memprioritaskan Tuhan sebagai yang utama dalam
hidupnya. Akhirnya, perlakuannya terhadap Tuhannya pun sangat berbeda dengan
orang yang prioritasnya adalah dunia ini. Ya, mungkin demikian. Namun
pertanyaannya ialah mengapa mungkin demikian? Perlu diperhatikan secara seksama bahwa
pengenalan seseorang akan Tuhan Yesus dari setiap kebenaran firman Tuhan yang
didengarkan setiap saat secara otomatis mengarahkan orang tersebut pada setiap
sepakterjangnya, keputusanya atau (dalam ia berperilaku). Akhirnya orang
tersebut memiliki Prioritas yang jelas dan terarah.
Berbicara tentang fokus, ketulusan dan prioritas maka ada
banyak contoh dalam Alkitab yang menjelaskan tentang hal itu
I.
Keluarga
Yosua (Yos. 24:15). Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu beribadah; allah
yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat; atau Allah
orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku,
kami akan beribadah kepada TUHAN.
II.
Mazmur
62:2. Daud berkata bahwa Hanya dekat Allah saja aku tenang daripadaNyalah
keselamatanku
III.
Matius
6:25-34, Yesus mengingatkan para pengikutNya untuk tidak kuatir tentang perkara
dunia ini sehingga Ia menasihatkan mereka untuk tetap belajar memprioritaskan kerajaan Allah (Bapa) dan kebenaranNya
maka apa yang dibutuhkan pasti ditambahkan kepada mereka.
IV.
Rasul
Paulus pun demikian. Dalam 1 Timotius 4:13, 16, rasul Paulus berkata kepada
Timotius bahwa sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca
kitab-kitab suci, dalam membangun dan dalam mengajar dan awasilah dirimu
dan ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian
engkau menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. Jadi
Prioritas rasul Paulus adalah Timotius harus terus tekun membaca kitab-kitab
suci.
V.
Mazmur
1:2-3 ditulis bahwa berbahagialah orang yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan
yang merenungkan taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di
tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu
daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Bukankah seringkali kita keliru memahami tentang apa yang
menjadi prioritas kita yang sebenarnya? Prioritas yang sesungguhnya dari setiap orang percaya tidak sekedar melayani Tuhan Yesus namun lebih mulia dari semuanya itu ialah jika memberikan perhatian khusus pada membangun relasi yang sangat intim dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi menurut hemat saya, Melayani Tuhan itu baik, main musik
dalam ibadah, WL, singers, pelayanan LCD, terima tamu, pengantar tamu, terlibat
dalam Choir, penari tamborin itu baik bahkan berkhotbah itu baik. Semuanya itu baik
namun menjadi kurang baik jika setelah kita melakukan semuanya atau terlibat
dalam semuanya itu namun kita tidak memiliki hubungan secara pribadi dengan
Tuhan kita Yesus Kristus. Atau jangan sampai kita mengiring Tuhan Yesus atau
melayani Tuhan Yesus hanya karena kita takut/kuatir tidak sanggup menghadapi
persoalan-persoalan hidup kita. Contohnya kita takut miskin, takut tidak
berhasil dalam studi atau pekerjaan dan pelayanan kita. Padahal Tuhan tidak
pernah menjanjikan demikian dalam Alkitab. Mengikut Tuhan pasti ada penderitaan
dan banyak persoalan yang pasti kita akan hadapi. Oleh sebab itu, kiranya kita
menjauhkan asumsi-asumsi yang demikian dari pikiran kita.
Dari teks ini, saya ingin kita merenungkan dengan begitu
dalam tentang sebenarnya apa yang menjadi prioritas kita ketika kita dikaruniakan
iman untuk mempercayai Dia sebagai Allah dan Juruselamat kita? Perhatikan apa
yang menjadi berbeda dari cara penerimaan Maria dan Marta terhadap Tuhan Yesus pada
ayat 38-42. Ditulis bahwa:
1)
Marta
menerima Yesus di rumahnya (ay. 38)
2)
Marta
sibuk melayani (ay. 40)
3)
Marta
komplain kepada Tuhan Yesus. Marta merasa tidak adil kalau maria tidak
membantunya menyelesaikan pelayanannya pada waktu itu (ay. 40).
4)
Marta
kuatir dengan perkara-perkara yang tidak menjadi prioritas menurut Tuhan Yesus
(ay. 41)
5)
Marta
hanya menyusahkan dirinya dengan perkara-perkara yang tidak menjadi prioritas
dalam hidup Tuhan Yesus (ay. 41)
6)
Alhasil,
Marta tidak memilih bagian yang terbaik menurut kehendak Tuhan Yesus (ay. 42)
7)
Jadinya,
Marta memilih sesuatu yang suatu ketika dapat diambil daripadanya (ay. 42)
Bagaimana
dengan Maria dan siapakah Maria? Baca Yohanes 11:1. Dikisahkan bahwa Maria
adalah : Kakak dari Marta (Yoh. 11:1), Maria pernah meminyaki kaki Tuhan Yesus
dengan minyak mur serta menyekahnya dengan rambutnya. Bagaimana dengan sikap
Maria ketika Tuhan Yesus berkunjung ke rumah mereka?
1)
Yang
menarik di sini ialah Maria duduk di kaki Yesus (Luk. 10:39)
2)
Maria
terus mendengarkan perkataan Tuhan Yesus (Luk. 10:39).
Di mata Tuhan Yesus, duduk di kakiNya
serta terus mendengarkan perkataanNya merupakan suatu bagian yang terbaik dan
itu tidak dapat diambil oleh siapa pun (ay. 42). Inilah yang saya namakan
prioritas dan kasih. Apa itu prioritas dan kasih? Prioritas adalah ketika kita
menentukan sebuah pilihan atau bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil
daripada kita. Itulah prioritas. Bagaimana menurut KBBI: prioritas/pri·o·ri·tas/ n yang didahulukan dan diutamakan
daripada yang lain. Setiap kita
diajarkan melalui cerita ini bahwa kita perlu memperhatikan sejauhmana ketulusan,
keikhlasan, niat yang murni atau prioritas kita saat menerima atau berjumpa
dengan Tuhan Yesus.
Mari kita seperti jemaat yang di
Berea itu dalam Kisah para Rasul 17:11-12, ketika mereka menerima firman Tuhan
dengan segala kerendahan hati dan setiap hari mereka menyelediki firman Tuhan.
Perhatikan bahwa Prioritas mereka adalah Tuhan Yesus dan
perkataan-perkataanNya.
3)
Maria
memilih bagian yang terbaik, yang tidak dapat diambil dari padanya (ay. 42)
Saya kuatir kalau-kalau kita sama dengan Marta. Kita sudah
menerima Yesus dan keselamatannya namun pada kenyataannya kita hanya sibuk
dengan urusan dunia atau mungkin dengan pelayanan kita sehingga mengabaikan
persekutuan secara khusus atau intim dengan-Nya seperti contoh membaca Alkitab,
berdoa dan mendengarkan perkataan-Nya. Randophs At the Beautiful Gate dalam
Pulpit Commentary menuliskan banyak hal dan salah satunya dimana dia berkata
bahwa Tuhan tidak pernah meminta kita seperti pekerja yang sibuk namun
tinggalkanlah waktu kita untuk beristrahat di kakiNya bahkan kadang-kadang
Tuhan membutuhkan telinga dan hati kita untuk menemukan persekutuan yang paling
dalam. Perhatikan apa kata rasul Paulus
dalam Kolose 2:6-7. Dimana pernyataan rasul Paulus begitu berbeda dengan
sikap Marta yang hanya menerima Tuhan Yesus kemudian mengabaikan sebuah
perjumpaan yang sebenarnya dirindukan oleh Tuhan Yesus yaitu dikatakan bahwa kamu telah menerima
Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidup kita tetap di dalam dia
(bersama denganNya) bahkan tetap berakar, dibangun, bertambah teguh dalam iman
yang telah diajarkan. Inilah yang menjadi berbeda. Jangan sampai kita
hanya menerima Tuhan Yesus namun kita tidak memiliki persekutuan dengan Dia
setiap saat. Artinya kita tidak sungguh-sungguh menTuhankan Dia dalam setiap
hidup kita. Kita hanya membutuhkan Dia di saat kita mengalami persoalan hidup
atau masalah hidup sedangkan di saat kita tidak memiliki masalah maka kita
mengabaikan keintiman denganNya. Mari kita berbalik dari kebiasaan-kebiasaan
yang menyakiti hatiNya agar kita selalu dikenanNya setiap saat. Amen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar