Kamis, 28 Juni 2018

Prioritas

By: Pacel Zacharias
Ibadah Pertengahan Minggu
27 Juni 2018
Lukas 10:38-42
Dari kisah ini (Yaitu Kisah di Bethania), saya ingin kita belajar lebih lagi tentang: apa itu prioritas? Apa arti prioritas dari seseorang yang telah mengaku percaya Tuhan Yesus? Apakah  prioritas kita adalah mengalami keintiman atau persekutuan bersamaNya atau mungkin berkatNya, mukjizatNya, pertolonganNya atau janji masa depanNya? Mungkin saja kita seperti kisah Marta yang berasumsi bahwa melayani Tuhan Yesus adalah sebuah prioritas. Tidak jarang kita menemukan fakta bahwa banyak orang bersemangat dalam melayani Tuhan, aktif melayani Tuhan bahkan ke gereja setiap hari minggu. Kelihatannya mereka sangat sibuk dengan Tuhan padahal sesungguhnya mereka tidak memiliki persekutuan pribadi secara kontinyu dengan Tuhan yang adalah BapaNya. Jadi, tidak mengurangi rasa sopan, jika saya berasumsi bahwa kebanyakan orang percaya mungkin memiliki pengertian yang berbeda mengenai prioritas dalam perjalanan rohaninya. Seseorang bisa saja memiliki pendapat atau keputusan yang keliru tentang sebuah prioritas jika ia memiliki pemahaman yang keliru akan Tuhannya dan kebenaran Alkitab. Jika Tuhannya adalah dunia serta kepuasaanya maka mungkin prioritasnya adalah bagaimana caranya memuaskan kebutuhan jasmani namun sebaliknya jika Tuhannya adalah Tuhan Yesus Pemberi hidup untuk hari ini dan hari yang akan datang maka secara otomatis orang tersebut memprioritaskan Tuhan sebagai yang utama dalam hidupnya. Akhirnya, perlakuannya terhadap Tuhannya pun sangat berbeda dengan orang yang prioritasnya adalah dunia ini. Ya, mungkin demikian. Namun pertanyaannya ialah mengapa mungkin demikian? Perlu diperhatikan secara seksama bahwa pengenalan seseorang akan Tuhan Yesus dari setiap kebenaran firman Tuhan yang didengarkan setiap saat secara otomatis mengarahkan orang tersebut pada setiap sepakterjangnya, keputusanya atau (dalam ia berperilaku). Akhirnya orang tersebut memiliki Prioritas yang jelas dan terarah.
Berbicara tentang fokus, ketulusan dan prioritas maka ada banyak contoh dalam Alkitab yang menjelaskan tentang hal itu
I.                  Keluarga Yosua (Yos. 24:15). Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat; atau Allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN.
II.               Mazmur 62:2. Daud berkata bahwa Hanya dekat Allah saja aku tenang daripadaNyalah keselamatanku
III.            Matius 6:25-34, Yesus mengingatkan para pengikutNya untuk tidak kuatir tentang perkara dunia ini sehingga Ia menasihatkan mereka untuk tetap belajar memprioritaskan kerajaan Allah (Bapa) dan kebenaranNya maka apa yang dibutuhkan pasti ditambahkan kepada mereka.
IV.           Rasul Paulus pun demikian. Dalam 1 Timotius 4:13, 16, rasul Paulus berkata kepada Timotius bahwa sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca kitab-kitab suci, dalam membangun dan dalam mengajar dan awasilah dirimu dan ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. Jadi Prioritas rasul Paulus adalah Timotius harus terus tekun membaca kitab-kitab suci.
V.              Mazmur 1:2-3 ditulis bahwa berbahagialah orang yang kesukaannya ialah taurat Tuhan dan yang merenungkan taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Bukankah seringkali kita keliru memahami tentang apa yang menjadi prioritas kita yang sebenarnya? Prioritas yang sesungguhnya dari setiap orang percaya tidak sekedar melayani Tuhan Yesus namun lebih mulia dari semuanya itu ialah jika memberikan perhatian khusus pada membangun relasi yang sangat intim dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Jadi menurut hemat saya, Melayani Tuhan itu baik, main musik dalam ibadah, WL, singers, pelayanan LCD, terima tamu, pengantar tamu, terlibat dalam Choir, penari tamborin itu baik bahkan berkhotbah itu baik. Semuanya itu baik namun menjadi kurang baik jika setelah kita melakukan semuanya atau terlibat dalam semuanya itu namun kita tidak memiliki hubungan secara pribadi dengan Tuhan kita Yesus Kristus. Atau jangan sampai kita mengiring Tuhan Yesus atau melayani Tuhan Yesus hanya karena kita takut/kuatir tidak sanggup menghadapi persoalan-persoalan hidup kita. Contohnya kita takut miskin, takut tidak berhasil dalam studi atau pekerjaan dan pelayanan kita. Padahal Tuhan tidak pernah menjanjikan demikian dalam Alkitab. Mengikut Tuhan pasti ada penderitaan dan banyak persoalan yang pasti kita akan hadapi. Oleh sebab itu, kiranya kita menjauhkan asumsi-asumsi yang demikian dari pikiran kita.
Dari teks ini, saya ingin kita merenungkan dengan begitu dalam tentang sebenarnya apa yang menjadi prioritas kita ketika kita dikaruniakan iman untuk mempercayai Dia sebagai Allah dan Juruselamat kita? Perhatikan apa yang menjadi berbeda dari cara penerimaan Maria dan Marta terhadap Tuhan Yesus pada ayat 38-42. Ditulis bahwa:
1)          Marta menerima Yesus di rumahnya (ay. 38)
2)          Marta sibuk melayani (ay. 40)
3)          Marta komplain kepada Tuhan Yesus. Marta merasa tidak adil kalau maria tidak membantunya menyelesaikan pelayanannya pada waktu itu (ay. 40).
4)          Marta kuatir dengan perkara-perkara yang tidak menjadi prioritas menurut Tuhan Yesus (ay. 41)
5)          Marta hanya menyusahkan dirinya dengan perkara-perkara yang tidak menjadi prioritas dalam hidup Tuhan Yesus (ay. 41)
6)          Alhasil, Marta tidak memilih bagian yang terbaik menurut kehendak Tuhan Yesus (ay. 42)
7)          Jadinya, Marta memilih sesuatu yang suatu ketika dapat diambil daripadanya (ay. 42)
Bagaimana dengan Maria dan siapakah Maria? Baca Yohanes 11:1. Dikisahkan bahwa Maria adalah : Kakak dari Marta (Yoh. 11:1), Maria pernah meminyaki kaki Tuhan Yesus dengan minyak mur serta menyekahnya dengan rambutnya. Bagaimana dengan sikap Maria ketika Tuhan Yesus berkunjung ke rumah mereka?
1)          Yang menarik di sini ialah Maria duduk di kaki Yesus (Luk. 10:39)
2)          Maria terus mendengarkan perkataan Tuhan Yesus (Luk. 10:39).
Di mata Tuhan Yesus, duduk di kakiNya serta terus mendengarkan perkataanNya merupakan suatu bagian yang terbaik dan itu tidak dapat diambil oleh siapa pun (ay. 42). Inilah yang saya namakan prioritas dan kasih. Apa itu prioritas dan kasih? Prioritas adalah ketika kita menentukan sebuah pilihan atau bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil daripada kita. Itulah prioritas.  Bagaimana menurut KBBI: prioritas/pri·o·ri·tas/ n yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Setiap kita diajarkan melalui cerita ini bahwa kita perlu memperhatikan sejauhmana ketulusan, keikhlasan, niat yang murni atau prioritas kita saat menerima atau berjumpa dengan Tuhan Yesus.
Mari kita seperti jemaat yang di Berea itu dalam Kisah para Rasul 17:11-12, ketika mereka menerima firman Tuhan dengan segala kerendahan hati dan setiap hari mereka menyelediki firman Tuhan. Perhatikan bahwa Prioritas mereka adalah Tuhan Yesus dan perkataan-perkataanNya.
3)          Maria memilih bagian yang terbaik, yang tidak dapat diambil dari padanya (ay. 42)
Saya kuatir kalau-kalau kita sama dengan Marta. Kita sudah menerima Yesus dan keselamatannya namun pada kenyataannya kita hanya sibuk dengan urusan dunia atau mungkin dengan pelayanan kita sehingga mengabaikan persekutuan secara khusus atau intim dengan-Nya seperti contoh membaca Alkitab, berdoa dan mendengarkan perkataan-Nya. Randoph’s At the Beautiful Gate dalam Pulpit Commentary menuliskan banyak hal dan salah satunya dimana dia berkata bahwa Tuhan tidak pernah meminta kita seperti pekerja yang sibuk namun tinggalkanlah waktu kita untuk beristrahat di kakiNya bahkan kadang-kadang Tuhan membutuhkan telinga dan hati kita untuk menemukan persekutuan yang paling dalam. Perhatikan apa kata rasul Paulus dalam Kolose 2:6-7. Dimana pernyataan rasul Paulus begitu berbeda dengan sikap Marta yang hanya menerima Tuhan Yesus kemudian mengabaikan sebuah perjumpaan yang sebenarnya dirindukan oleh Tuhan Yesus yaitu dikatakan bahwa kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidup kita tetap di dalam dia (bersama denganNya) bahkan tetap berakar, dibangun, bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan. Inilah yang menjadi berbeda. Jangan sampai kita hanya menerima Tuhan Yesus namun kita tidak memiliki persekutuan dengan Dia setiap saat. Artinya kita tidak sungguh-sungguh menTuhankan Dia dalam setiap hidup kita. Kita hanya membutuhkan Dia di saat kita mengalami persoalan hidup atau masalah hidup sedangkan di saat kita tidak memiliki masalah maka kita mengabaikan keintiman denganNya. Mari kita berbalik dari kebiasaan-kebiasaan yang menyakiti hatiNya agar kita selalu dikenanNya setiap saat. Amen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar