Minggu, 24 September 2017

JAWABAN ALKITAB TERHADAP KOTROVERSI SEPUTAR KESATUAN HIPOSTATIK

BAB I
PENAHULUAN

            Sejak zaman dahulu sampai saat ini, pertanyaan tentang siapa sebenarnya Yesus itu masih merongrong di setiap benak manusia. Tidak dapat disangkal bahwa pertanyaan sederhana ini telah menimbulkan kontroversi yang besar, baik dari luar maupun dari dalam gereja sendiri. Sangat disayangkan apabila di dalam gereja sendiri terjadi perbedaan pendapat tentang eksistensi Yesus karena hal itu dapat membuka jurang pemisah dalam gereja. Gereja hanya berorientasi dalam kalangannya sendiri dan menutup diri terhadap gereja lain. Gereja yang satu menganggap doktrin yang dianutnya lebih baik dan lebih benar dari gereja yang lainnya. Bagaimana gereja dapat berapologet dalam mempertanggungjawabkan imannya kepada pandangan-pandangan luar yang berusaha menjatuhkan iman kekristenan, apabila doktrin tentang topik ini belum nyata kebenarannya. Hal ini merupakan suatu masalah genting yang harus diwaspadai dan harus dituntaskan.
            Harus diakui bahwa dokrtin tentang perpaduan sifat keilahian dan kemanusiaan Yesus merupakan rahasia yang sangat dalam, namun gereja dituntut untuk merenungkan hal ini (Kol. 2:2-3). Untuk itu, penulis menulis paper ini dengan tujuan untuk memaparkan kebenaran yang sesungguhnya mengenai eksistensi Yesus: bagaimana keilahian dan kemanusiaan-Nya, serta bagaimana kesatuan antara kedua tabiat Yesus tersebut. Penulis yakin bahwa para pembaca akan menemukan banyak kebenaran dalamtulisan ini yang dapat dijadikan dasar dan bekal dalam mempertanggungjawabkan imannya atas dunia ini. Tulisan ini tidak memiliki dasar yang kokoh apabila tidak dilandasi pada Alkitab. Untuk itu, Alkitab adalah landasan utama terjadinya paper ini, sehingga setiap orang percaya wajib membaca dan mempelajarinya.


BAB II
KONTROVERSI SEPUTAR KESATUAN HIPOSTATIK

      A. Pengertian Kesatuan Hipostatik
Kesatuan hipostatik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana Allah Putra, Yesus Kristus mengambil natur kemanusiaan, namun pada saat yang sama Ia tetap merupakan Allah yang sempurna. Yesus selamanya adalah Allah (Yoh. 8:58; 10:30), namun dalam inkarnasi Yesus mengambil tubuh manusia. Penambahan natur kemanusiaan kepada natur keillahian menyebabkan adanya dua natur dalam diri Yesus. Inilah kesatuan hipostatik, Yesus Kristus, satu Pribadi, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna.                                                                                               Pada dasarnya kesatuan hipostatik berbicara tentang bersatunya natur ilahi dan natur manusia dalam diri Yesus Kristus. Kristus yang adalah Allah sendiri berinkarnasi menjadi manusia tanpa melepaskan sifat ilahi-Nya, sehingga Ia memiliki dua sifat dalam diri-Nya (sifat ilahi dan sifat manusia). Ia memiliki sifat atau natur ilahi karena Ia adalah Allah dan Ia memiliki sifat manusia karena ia datang ke dunia sebagai seorang Anak Manusia (Yoh. 1:14). Paul Enns menyatakan bahwa kesatuan hipostatik dapat dijabarkan sebagai “Kristus datang dan mengambil natur manusia tanpa kehilangan natur kilahian-Nya. Kemanusiaan-Nya yang sejati bersatu dalam satu Pribadi untuk selamanya.”[1]

      B. Kontroversi Kesatuan Hipostatik
1.    Pandangan Calvinistis
     John Calvin mengajarkan bahwa kedua natur Yesus disatukan tanpa adanya transfer atribut. Tidak ada percampuran antara kedua natur tersebut: kekekalan tidak dapat ditransferkan pada keterbatasan; akal tidak dapat ditransferkan pada materi; Allah tidak dapat ditransferkan pada manusia begitu pun sebaliknya. Pengambilan salah satu atribut dari natur ilahi akan berakibat kehancuran pada keilahian-Nya. sebaliknya jika salah satu atribut dari natur manusia-Nya diambil, maka akan menghancurkan kemanusiaan-Nya yang sejati.     
2.    Pandangan Lutheran
     Pandangan ini mengajarkan bahwa atribut dari natur ilahi dikembangkan pada natur manusia dengan beberapa akibat yang penting. Mereka mengjarkan bahwa kemahahadiran natur ilahi Kristus ditransfer pada tubuh manusia Kristus, akibatnya natur kemanusiaan Kristus masuk ke dalam status pentransferan itu pada saat kenaikkan.
3.    Golongan Gnostik                                                                                                              Sistem Gnostik dipengaruhi oleh paham dualisme yang mendasar: yang tinggi dan yang rendah, roh dan daging, yang baik dan yang jahat. Karena daging dianggap jahat, maka pastilah Allah tidak mungkin menjelma menjadi manusia yang berdarah-daging. Ada dua golongan Gnostik yang memiliki pandangan masing-masing tentang Yesus, yaitu: pertama, golongan Gnostik Cerintian yang mengajarkan bahwa Kristus yang ilahi mendatangi Yesus yang manusiawi ketika Ia dibaptis dan meninggalkannya lagi beberapa saat menjelang kematian Yesus. Kedua, golongan Gnostik Dosetisme yang beranggapan bahwa Yesus sebenarnya semacam hantu dan hanya kelihatannya saja memiliki tubuh jasmaniah.
4.    Golongan Arius                                                                                                                         Arius dari Alexandria berpendapat bahwa sekalipun Kristus dapat disebut Allah, Ia sebenarnya bukanlah Allah dan sama sekali tidak ada kesamaan hakikat ataupun kekekalan. Menurutnya Kristus adalah hasil ciptaan Allah Bapa, yang kemudian menjadi pelaksana dalam penciptaan dunia. Ketika menjelma, Logos (Kristus) memasuki tubuh manusia serta menggantikan roh manusia. Jadi Kristus tidaklah sepenuhnya Allah dan juga tidak sepenuhnya manusia.
5.    Golongan Apolinaris                                                                                                                      Apolinaris beranggapan bahwa Yesus memiliki tubuh yang sejati dan jiwa hewani, tetapi tidak mempunyai roh atau pikiran yang rasional. Logos mengisi tempat inteligensi manusia. Pandangan ini menghormati keilahian Kristus, namun akibatnya ialah merusak kemanusian-Nya yang sejati. Konsili Konstantinopel ke-1 tahun 381 mengutuk ajaran ini sebagai ajaran yang sesat.

6.    Golongan Nestorius                                                                                                   Nestorius tidak menerima adanya perpaduan antara dua tabiat Kristus dalam satu pribadi, sehingga Nestorius menganjurkan adanya dua kepribadian. Logos tinggal di dalam manusia Yesus, sehingga perpaduan dua tabiat tersebut dapat disamakan dengan tinggalnya Roh Kudus di dalam orang yang telah diselamatkan.
7.    Golongan Eutikhes 
     Golongan ini menganut pandangan yang bertolak belakang dengan pandangan golongan Nestorius. Golongan Eutikhes beranggapan bahwa Kristus tidak memiliki dua tabiat, tetapi satu tabiat saja. Seluruh diri Kristus bersifat ilahi, termasuk tubuh-Nya. Yang ilahi dan yang manusiawi di dalam Kristus disatukan, sehingga menghasilkan tabiat yang ketiga. Golongan Eutikhes ini seringkali disebut sebagai golongan Monofisit karena mereka sebenarnya membuat kedua tabiat Kristus itu menjadi satu tabiat saja. Konsili Khalsedon menolak ajaran ini pada tahun 451. Golongan Monofisit kemudian mengambil haluan yang baru, dengan mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak. Akan tetapi, Konsili Konstantinopel yang ke-3 pada tahun 681 menolak ajaran ini, dengan menyatakan bahwa di dalam Kristus ada dua tabiat, yaitu yang ilahi dan yang manusiawi, sehingga dengan demikian ada dua inteligensi dan dua kehendak di dalam diri Kristus.
8.    Pandangan Ortodoks                                                                                                                     Konsili di Chalsedon pada tahun 451 telah menetapkan pandangan gereja yang resmi. Yesus Kristus adalah satu, tetapi Ia memiliki dua sifat, yaitu yang ilahi dan yang manusiawi. Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati, terdiri atas tubuh dan jiwa yang rasional. Ia sehakikat dengan Bapa dalam ke-Allahan-Nya an sehakikat dengan manuisia dalam kemanusiaan-Nya, kecuali dosa. Ia sudah ada bersama Bapa sebelum dunia dijadikan, dan dalam kemanusiaan-Nya Ia lahir dari perawan Maria. Perbedaan antara dua tabiat tersebut tidak berkurang ketika dipersatukan, namun keistimewaan masing-masing tabiat itu tetap terpelihara sekalipun disatukan di dalam diri Yesus Kristus. Yesus tidak terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Ia adalah satu pribadi.



BAB III
JAWABAN ALKITAB TERHADAP KOTROVERSI SEPUTAR KESATUAN HIPOSTATIK

A.    Keilahian Kristus[2]
Doktrin tentang keilahian Kristus sampai saat ini mengalami serangan dari pihak-pihak yang tidak puas dengan rumusan iman Kristen. Banyak yang meragukan keilahian Kristus setelah inkarnasi, karena mereka hanya melihat-Nya sebagai manusia biasa yang lahir dari rahim manusia. Orang percaya tidak perlu panik apabila menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang ingin menjatuhkan atau mempersalahkan iman kekristenan, karena Alkitab menyediakan lebih dari cukup bukti tentang keberadaan Yesus. Ia bukanlah makhluk ciptaan, Ia juga bukan seperti Allah, tetapi Ia adalah Allah sendiri (Yoh. 1:1).
Ada banyak bukti eksplisit dalam Alkitab yang menyatakan keilahian Kristus, yaitu: pertama, nama-nama-Nya. Yesus disebut Imanuel yang berarti Allah beserta manusia (Mat. 1:23). Injil Yohanes dengan jelas menyatakan bahwa Yesus adalah Allah sendiri (Yoh. 1:1). Ia disebut sebagai Firman yang tidak lain adalah Allah sejati; Ia disebut Anak Allah; Rasul Yohanes sebanyak lima kali menyebut Yesus sebagai Anak Tunggal Bapa. Selain itu, di dalam kitab Wahyu, beberapa kali Yesus dikatakan sebagai Alpha dan Omega (Why. 1:8; 2:8), suatu nama ilahi yang hanya boleh dikenakan bagi Allah sendiri. Kedua, sifat-sifat yang dimilikinya. Eksistensi Yesus adalah kekal adanya (Mzm. 102:26-28). Perkataan Yesus yang paling mengejutkan orang-orang Yahudi adalah klaim bahwa Dia sudah ada sebelum Abraham. Pernyataan ini jelas telah mengungkapkan sifat keberadaan-Nya yang kekal, sama dengan Allah. Penulis surat Ibrani meneguhkan ketidakberubahan Kristus. Jadi Kristus berkuasa memberikan kehidupan kekal, yang hanya dapat diberikan oleh Allah sendiri. Kristus sendiri menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu, sehingga memiliki segala kekayaan sifat Allah dalam diri-Nya. Ia juga Mahahadir (Mat. 28:20); Ia Mahatahu (Yoh. 2:25); Ia Mahakuasa (Mrk. 2:5, 7); Ia Hidup (Yoh. 1:14; 14:6). Ketiga, keilahian Kristus terpancar dari karya-Nya: Ia adalah Allah Pencipta (Yoh. 1:3; 1:16); Ia juga adalah Allah Pemelihara (Kol. 1:17; Ibr. 1:3). Tentu saja di dalam karya penciptaan dan pemeliharaan semesta alam ini, Kristus juga turut berperan aktif bersama Allah Tritunggal. Dikatakan pula bahwa Yesuslah yang menopang segala sesuatu dengan kuasa-Nya yang tak terbatas. Kritus juga dapat mengampuni dosa (Mrk. 2:1-12). Hanya Allah yang dapat mengampuni dosa, sehingga sangatlah jelas bahwa Yesus adalah Allah karena Ia mengampuni dosa manusia. Di dalam karya penebusan, Kristus bukan saja berkuasa untuk mengampuni orang berdosa, tetapi Ia juga berkuasa untuk membangkitkan orang mati. Bahkan pada Hari Tuhan nanti, Kristus akan menghakimi semua manusia.
Keempat, kesaksian tentang keilahian Yesus terbukti dari mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya (Mat. 9:6, 24-25, 29-30; Mrk. 4:39; Luk. 6:10; Yoh. 2:1-11). Banyak hal supranatural yang dilakukan Yesus selama pelayanan-Nya di bumi, sehingga tidak dapat disangkal bahwa Ia benar-benar Allah. Orang Kristen pun percaya bahwa mujizat-mujizat yang dilakukan oleh para rasul dan orang-orang percaya merupakan anugerah dari Yesus sendiri. Sangat jarang orang dapat melakukan mujizat seperti Yesus, walaupun ada orang-orang tertntu yang dapat melaukan hal yang sama berdasarkan anugerah Allah. Namun Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai Allah memalui tanda-tanda heran tersebut.

B.     Kemanusiaan Kristus[3]
Bukti-bukti bahwa Yesus benar-benar menjadi manusia adalah sebagai berikut: pertama, Ia memiliki sifat sejati insani (Luk. 2:40, 52). Hal ini mengungkapkan bahwa Yesus memiliki segala unsur manusiawi, baik tubuh jasmani yang dapat dilihat dan dijamah (Mat. 26:12; Yoh. 2:21; Ibr. 2:14; 10:5) maupun jiwa dengan segala dimensinya, seperti: pengetahuan, akal budi, emosi, dan kehendak. Sebagaimana manusia pada umumnya, Ia juga mengalami fase-fase pertumbuhan fisik, mental, intelek, kesadaran sosial, dan sebagainya sejak bayi, masa kanak-kanak, remaja, pemuda hingga dewasa (Yoh. 7:15). Jadi kewajaran perkembangan ini adalah lumrah dan secara normal juga berlaku bagi sifat dasar insani Kristus. Oleh karena itu, dalam berbagai kondisi Yesus pun dapat merasakan keletihan fisik; mengantuk lalu tertidur; haus; geram, jengkel, bahkan marah; gelisah, gentar dan takut; terharu, sedih, dan menangis; Ia juga pernah merasa sangat lapar sewaktu berpuasa di padang gurun (Mat. 4). Yesus mempunyai keluarga, silsilah, dan gelar sebagai Anak Manusia (Mat. 1:1, 21; 9:27; 12:23; 15:22; Luk. 22”69-70; Yoh. 12:34). Di dalam keempat kitab injil, kurang lebih 80 kali menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia. Dengan menggunakan gelar ini secara pasti Yesus diri-Nya sebagai manusia biasa. Selain itu, Yesus juga dipanggil dengan nama anak atau keturunan Daud. Hal ini membuktikan bahwa Ia memang pernah ada di dalam sejarah manusia.
Yesus dilahirkan dari rahim seorang manusia.[4] Umat Kristen mengetahui dan mengakui bahwa Yesus adalah Allah menjelma menjadi manusia, namun kehadiran-Nya di bumi ini juga melalui proses kelahiran seperti manusia pada umumnya (Mat. 1:18-2:11; Luk. 1:30-38; Gal. 4:4). Yesus selaku manusia juga mengalami pencobaan. Sifat dasar insani Kristus diteguhkan melalui pencobaan yang dialami-Nya. Pencobaan adalah suatu situasi krisis namun netral di tengah-tengah ujian dan godaan. Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk diuji, sementara Iblis datang menggoda-Nya berulang-ulang. Kesaksian keempat Injil mengenai pencobaan-pencobaan yang dialami oleh Kristus dapat dirangkumkan dalam Ibrani 4:15, ”Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita. Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Ujian yang paling berat yang dihadapi oleh Yesus ialah sewaktu Ia harus menghadapi penyaliban. Ia disebutkan sebagai Pengantara Tunggal antara Allah dan manusia. Yesus harus memiliki dua sifat dasar yang menyatu dalam satu pribadi, yaitu keilahian dan kemanusiaan. Namun harus dimengerti di sini bahwa Ia sama sekali bukan makhluk ciptaan, tetapi sebaliknya Ia adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia sejati (Yoh. 1:14).

C.    Kesatuan Kilahian dan Kemanusiaan Kristus (Hipostatik)[5]                                                 Perpaduan antara kedua natur Kristus tidak dapat dibandingkan dengan hubungan pernikahan, karena kedua belah pihak dalam pernikahan tetap dua pribadi, walaupun sudah menikah. Tidaklah tepat beranggapan bahwa natur ilahi itu tinggal di dalam Kristus sebagaimana Kristus tinggal dalam orang-orang percaya, karena itu berarti bahwa Yesus hanyalah sorang manusia yang didiami oleh Allah dan Ia sendiri bukan Allah. Gagasan yang mengatakan bahwa Kritus memilki kepribadian rangkap adalah tidak alkitabiah, karena Ia tetap memilki satu pribadi yang mengandung dua natur tersebut. Demikian pula kedua natur itu tidak bersatu untuk membentuk natur ketiga, sebab dalam hal itu Kristus bukanlah manusia sejati.
Kedua natur Yesus merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan tanpa percampuran identitas atau kehilangan identitas masing-masing. Yesus selamanya adalah Allah-manusia, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna, dua natur yang berbeda dalam satu Pribadi untuk selamanya. Kemanusiaan dan keillahian Yesus tidak bercampur, namun bersatu tanpa kehilangan keunikan identitas. Kadang Yesus berfungsi dengan keterbatasan sebagai manusia (Yoh. 4:6; 19:28) dan di waktu lain dengan kuasa keillahian-Nya (Yoh. 11:43; Mat. 14:18-21). Dalam kedua natur tersebut, tindakan-tindakan Yesus bersumber dari Pribadi-Nya yang satu. Yesus memiliki dua natur, namun hanya satu pribadi atau kepribadian (Rm. 1:3-4; Gal. 4:4).[6]                         Doktrin kesatuan hipostatik adalah upaya untuk menjelaskan bagaimana Yesus dapat merupakan Allah dan manusia pada saat yang sama. Namun demikian, pada akhirnya ini adalah sebuah doktrin yang tidak mampu dipahami secara sempurna. Sangatlah mustahil bagi manusia untuk dapat secara sempurna memahami cara kerja Allah. Manusia yang terbatas tidak bisa mengharapkan dapat memahami Allah yang tidak terbatas. Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian Dia dilahirkan dari Roh Kudus (Luk. 1:35), namun hal ini tidak berarti bahwa Yesus belum ada sebelum Dia dikandung. Yesus selalu ada (Yoh. 8:58, 10:30). Ketika Yesus dikandung, Dia menjadi manusia selain Dia adalah Allah (Yoh. 1:1, 14). Yesus adalah Allah dan manusia. Yesus senantiasa adalah Allah, namun Dia menjadi manusia sehingga Dia dapat mengidentifikasikan diri dengan manusia dalam kelemahan-kelemahan mereka (Ibr. 2:17). Lebih penting dari inkarnasi-Nya adalah agar Dia dapat mati di salib untuk membayar hutang dosa manusia (Flp. 2:5-11). Secara singkat, kesatuan hipostatik mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia yang sempurna, bahwa tidak ada percampuran atau pengurangan dari salah satu natur dan bahwa Dia adalah Pribadi yang bersatu untuk selamanya.
Yesus Kristus brbicara tentang diri-Nya sebagai suatu pribadi yang tunggal dan utuh; Ia sama sekali tidak menunjukkan adanya gejala-gejala keterbelahan kepribadian. Yesus sadar akan natur-Nya yang ilahi dan Ia juga sadar akan natur-Nya yang manusiawi. Sering kali Ia bertindak dari kesadaran diri yang ilahi, namun pada saat tertntu Ia bertindak dari kesadaran diri yang manusiawi. Perlu diketahui bahwa kedua natur Yesus ini tidak pernah saling bertentangan, namun berjalan bersama-sama dan seimbang. Hal ini terbukti dari keinginan daging Yesus untuk menjauhi salib (Mat. 26:39), namun Ia tetap berserah kepada kehendak Bapa (Ibr. 10:7, 9).
Kesatuan kedua natur Yesus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:[7] ­pertama, bersifat teantropik. Maksudnya adalah Kristus memiliki pengertian dan kehendak yang tidak terbatas, namun Ia juga memiliki pengertian dan kehendak yang terbatas; Ia memiliki kesadaran ilahi dan manusiawi. Kecerdasan ilahi-Nya tidak terbatas, kecerdasan manusiawi-Nya makin bertambah. Kedua, kesatuan itu bersifat pribadi. Maksudnya adalah kedua natur itu merupakan satu cara berada yang pribadi. Kristus tidak bersatu dengan diri manusia, tetapi dengan sifat manusia, maka kepribadian Kristus bertempat dalam natur ilahi-Nya. Ketiga, kesatuan itu meliputi berbagai sifat dan perbuatan manusiawi dan ilahi. Sifat yang manusiawi dan ilahi dapat dilakukan oleh Yesus tanpa kecuali. Berbagai sifat manusia dihubungkan dengan Yesus di bahwag gelar-glar yang ilahi, “Ia akan menjai besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi” (Luk. 1:32); “Jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kis. 20:28). Keempat, ksesatuan tersebut menjamin kehadiran yang tetap dari keilahian dan kemanusiaan Yesus tersebut. Kedua natur Yesus hadir bersama di setiap tempat.   


BAB IV
KESIMPULAN

            Perlu diakui bahwa doktrin Kristen tentang bagaimana kesatuan antara natur ilahi dan manusiawi dalam diri Yesus merupakan suatu pokok yang sulit untuk dijelaskan, namun dapat dijelaskan melalui landasan alkitabiah dan tuntunan Roh Kudus. Orang percaya harus tetap radikal terhadap kebenaran doktrin ini yang selama ini diakui oleh seluruh kalangan umat Kristen. sangatlah benar bahwa dalam diri Yesus ada dua natur (ilahi dan manusia), namun Ia hanya memiliki satu pribadi yang utuh. Kedua natur Yesus merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan tanpa percampuran identitas atau kehilangan identitas masing-masing. Yesus selamanya adalah Allah-manusia, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna, dua natur yang berbeda dalam satu Pribadi untuk selamanya. Kemanusiaan dan keillahian Yesus tidak bercampur, namun bersatu tanpa kehilangan keunikan identitas. Kadang Yesus berfungsi dengan keterbatasan sebagai manusia (Yoh. 4:6; 19:28) dan di waktu lain dengan kuasa keillahian-Nya (Yoh. 11:43; Mat. 14:18-21). Dalam kedua natur tersebut, tindakan-tindakan Yesus bersumber dari Pribadi-Nya yang satu.
Yesus Kristus adalah Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna. Yesus senantiasa adalah Allah, namun Dia menjadi manusia sehingga Dia dapat mengidentifikasikan diri dengan manusia dalam kelemahan-kelemahan mereka (Ibr. 2:17). Lebih penting dari inkarnasi-Nya adalah agar Dia dapat mati di salib untuk membayar hutang dosa manusia (Flp. 2:5-11). Kesatuan hipostatik mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia yang sempurna, bahwa tidak ada percampuran atau pengurangan dari salah satu natur dan bahwa Dia adalah Pribadi yang bersatu untuk selamanya. Orang percaya harus memahami konsep ini karena Alkitab mengajarkan demikian. Inilah kebenaran yang terkandung dalam Alkitab, yang penulis interpretasikan kembali, agar setiap orang percaya dapat memahami dengan benar bagaimana keberadaan Yesus yang sebenarnya.


BIBLIOGRAFI

Berkhof, Luois. Teologi Sistematika. Surabaya: Momentum, 2009.
Enns, Paul. The Moody Hand Book of Thology. Malang: SAAT, 2008.
Little, Paul E. Kutahu yang Kupercaya. Bandung: Kalam Hidup, t.t.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 2. Yogyakarta: ANDI, 2008.
Thiessen Henry C. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 2000.
Kristologi: ”Penjelmaan,” http://www.sarapanpagi.org/viewtopic.php?p=133#133




[The Moody Handbook of Theology (Malang: SAAT, 2008), 278.
                [2] Enns Paul, The Moody Hand Book of Thology (Malang: SAAT, 2008) 275.

[3] Ibid. 272.
[4]  Charles C Ryrie, Teologi Dasar 2 (Yogyakarta: ANDI, 2008) 22.
[5] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2010) 338-341.
                [6] Luois Berkhof, Teologi Sistematika (Surabaya: Momentum, 2009) 46.
[7] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 2010) 340-341.

Selasa, 19 September 2017

AJARAN MANUSIA (ANTROPOLOGI)



BAB I
                                                              PENDAHULUAN           
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah (Kej. 1:27) yang paling mulia dan berharga (Yes. 43:4). Manusia diciptakan Allah dengan tujuan untuk memuliakan Allah dan memelihara serta melestarikan ciptaan Allah lainnya. Allah menjadikan manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia bukan ada dengan sendirinya melainkan bahwa ada yang menciptakannya, yaitu Tuhan Allah sendiri. Dialah yang menciptakan manusia yang semula belum ada sehingga menjadi ada. Jadi manusia ada karena kehendak Allah. Manusia bukanlah keturunan Tuhan Allah, ia juga bukan mengalir keluar daripada Allah tetapi ia diciptakan oleh Allah. Manusia diciptakan dengan begitu rupa, penuh kebijaksanaan dan memiliki kehendak bebas.
Manusia yang pada awalnya sempurna jatuh ke dalam dosa akibat kesalahan mereka sendiri (Kej. 3), hal ini membuat manusia berdosa dan terpisah dari Allah. Manusia tidak dapat lagi bersekutu dengan Allah melalui usaha mereka, sehingga Allah mengaruniakan Yesus ke dalam dunia untuk membebaskan manusia yang berdosa supaya hubungan manusia dengan Allah dapat diperbaiki kembali. Karya pengorbanan Yesus membuktikan bahwa manusia sangat berharga di mata Allah. Manusia tidak dapat hidup terpisah dari Allah, mereka sangat bergantung kepada Allah, sehingga manusia harus bersyukur atas kedatangan Yesus ke dalam dunia untuk memperdamaikan merek dengan Allah.


BAB II
AJARAN TENTANG MANUSIA
A.    Kitab-kitab Injil Sinoptik
1.      Keunggulan manusia atas binatang
Pada Yesus berkata, “Kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit” (Mat. 10:31) menunjukkan perbandingan yang nyata antara manusia dan binatang. Yesus juga mengecam mereka yang mempersolakan tentang penyembuhan pada hari sabat, pada hal mereka sendiri akan menyelamatkan hewan mereka pada hari sabat apabila hewan itu jatuh ke dalam lubang (Mat. 12:10-11).
2.      Nilai manusia yang sangat besar di hadapan Allah
Nilai-nilai manusi dapat dilihat dalam pernyataan-pernyataan seperti Matius 16:26; Markus 8:37; Lukas 9:25 yang memperoleh seluruh dunia ini tetapi kehilangan nyawa. Hal ini berarti bahwa nilai manusia lebih tinggi daripada prestasi, milik, dan kuasanya, namun nilai-nilai rohani lebih penting dari nilai jasmani (Mrk. 9:43-47).
3.      Pandangan Yesus mengenai “daging”
Kenajisan seseorang bukan  bersal dari dalam dirinya sendiri dan bukan karena pengaruh dari luar (Mrk. 7:14). Kenajisan itu berasal dari pikiran manusia, bukan dari dagingnya (Mat. 26:41; Mrk. 14:38).
4.      Pandangan Yesus mengenai manusia dalam masyarakat
Melalui teladan dan pengajaran-Nya, Yesus dengan jelas menyatakan bahwa manusia tidak pernah dimaksudkan untuk hidup secara individual tanpa memperdulikan orang lain di sekitanya. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Yesus sendiri menunjukkan teladan-Nya sebagi manusia berjiwa sosial dengan menaruh rasa prihatin terhadap orang-orang terendah dalam masyarakat, orang-orang miskin dan melarat, orang-orang tuli, orang-orang buta dan lumpuh (Mat. 11:4-6). Ia bergaul dengan orang-orang tercela seperti para pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Mat. 11:19). Khotbah di Bukit berisi banyak perintah yang tidak akan berarti sama sekali jika manusia itu hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ia harus bermurah hati terhadap orang lain (Mat. 5:7); bertindak sebagai pembawa damai (Mat. 5:9); membawa terang dan bercahaya bagi orang lain (Mat. 5:16); dan lain sebagainya.
Tanpa dinyatakan secara eksplisit, tersirat bahwa seseorang dalam bersikap dan bertindak harus memperhitungkan tanggung jawabnya dalam masyarakat. Khotbah di Bukit harus dianggap sebagai bukti yang tidak dapat disangkal bahwa tujuan manusia tidak hanya bertanggung jawab kepada Allah  dalam kehidupan pribadi, melainkan juga bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
5.      Tanggung jawab manusia secara pribadi
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah diharapkan untuk mentaati perintah-perintah Allah. Manusia dituntut untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah dan dapat mempertanggungjawabkan dirinya secara individu di hadapan Allah. Apabila manusia hanya hidup untuk menyenangkan dirinya sendiri tidak akan pernah melakukan tuntutan ini. Ketaatan yang dituntut bukan merupakan belenggu yag mengikat jiwa, tetapi sebagai wujud penyerahan sepenuh hati manusia kepada kehendak Allah yang sempurna. Lukas mencatat perkataan Yesus, “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata bahwa kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan (Luk. 17:10).
Dalam diri manusia terdapat natur  ketaatan kepada Allah. Manusia diajarkan untuk tidak membanggakan keberhasilannya, karena segala sesuatu adalah dari Allah. Apa yang dilakukan oleh manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, baik kehidupan kudus ataupun berdosa. Manusia bertangung jawab atas perbuatannya sendiri terhadap Allah.     
6.      Hubungan laki-laki dengan perempuan
Orang-orang Yahudi menganggap bahwa perempuan adalah kaum yang lebih rendah, sehingga tidak dihormati. Perbedaan antara laki-laki dan peremuan yang sedemikian besar sehingga perempuan tidak dapat bergabung dengan laki-laki secara setaraf dalam pendidikan agama maupun ibadah. Ajaran Yesus memberikan pengertian menyeluruh tentang kedudukan yang benar mengenai perbedaan seks dalam ajaran PB mengenai manusia. Kisah kelahiran Yesus yang diceritakan oleh Matius dan Lukas terpusat pada peristiwa kelahiran dari seorang anak dara, hal ini menempatkan seorang perempuan yang bernama Maria pada posisi terhormat (Luk. 1:28). Ia menjadi alat yang dipakai Allah untuk menjelmakan diri-Nya dalam diri manusia. Semua catatan kitab-kitab injil Sinoptik mengenai masa kesengsaraan  dan kebangkitan Yesus menekankan pentingnya peranan perempuan.
Mungkin orang melihat bahwa Yesus memilih hanya laki-laki saja sebagai murid-murid-nya, padahal pendukung yang mengikuti Yesus mencakup perempuan juga. Lukas mencatat bahwa pelayanan Yesus dan murid-murid-bersama beberapa perempuan yang melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka (Luk. 8:1-3). Yesus juga mengutip ayat dari PL tentang dasar pernikahan yaitu “laki-laki dan perempuan menjadi satu daging” (Mat. 19:4; Mrk. 10:6). Hal ini membuat ikatan pernikahan mempunyai dasar yang teguh dan juga berarti bahwa Ia mengakui kesamaan kedudukan perempuan dan laki-laki.
Ketika Yesus dibawa ke Golgota, di antara sekian banyak orang yang mengikuti-Nya terdapat beberapa perempuan yang menangisi dan meratapi-Nya (Luk. 23:27). Mereka juga berada di kubur sewaktu kabar pertama tentang kebangkitan Yesus diberitakan (Luk. 24:1). Berdasarkan semua ulasan di atas, Yesus membungkam pandangan Yahudi bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki. Ia mengajarkan bahwa perempuan dan laki-laki sama derajatnya di hadapan Allah.   
7.      Pendekatan Yesus terhadap anak-anak
Dibandingkan dengan orang-orang sezaman-Nya, Yesus memperlihatkan pendekatan yang bersifat manusiawi dan lemah lembut terhadap anak-anak. Salah satu dari skandal-skandal terbesar pada zaman kuno adalah dengan kejam membuang anak-anak yang tidak diinginkan ke dalam tempat sampah. Yesus menentang hal itu dengan menyambut anak-anak dengan mengecam murid-murid-Nya yang menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Nya (Mat. 19:13). Ia juga menegaskan bahwa orang-orang seperti itulah yang empunya kerajaan Sorga. Maksud dari perkataan-Nya ini dijelaskan dalam perikop yang membicarakan tentang kerendahan hati dan untuk hal itu Yesus menggunakan contoh  kecil (Mat. 18:1-5). Ia menegaskan bahwa barangsiapa menyesatkan seorang anak kecil akan diberi hukuman yang berat (Mat. 18:6). Perlindungan secara khusus dari Allah diberikan kepada anak-anak (Mat. 18:10, 14). Setelah Yesus memasuki kota Yerusalem, anak-anaklah yang menyerukan hosanna dalam Bait Allah (Mat. 21:15). Dalam ajaran-Nya ini, Yesus memperlihatkan betapa pentingnya seorang anak dan faktor ini harus diperlihatkan pada saat kita mempelajari ajaran-Nya tentang manusia.  

B.     Injil Yohanes
Ajaran tentang manusia dalam injil Yohanes menerangkan bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah. Allah adalah terang dan sumber kehidupan manusia (Yoh. 1:4) dan hanya ada satu terang yang sesungguhnya (Yoh. 1:9). Injil Yohanes memberikan informasi tentang manusia yang utuh, dengan kasih karunia dan kebenaran (Yoh. 1:17). Dibandingkan dengan ajaran-ajaran kitab injil Sinoptik, Yohanes memberikan banyak catatan khusus mengenai Yesus secara sejati; hal ini berhubungan langsung dengan ajaran Yohanes tentang manusia. Sifat manusiawi dalam diri Yesus terbukti melalui: Ia merasa letih (Yoh. 4:6); haus (Yoh. 4:7); terharu dan menangis (Yoh. 11:33-35). Sebagai manusia sejati Yesus sangat bergantung kepada Bapa (Yoh. 6:38), kemanusiaan yang sejati itu harus mencakup unsur kebergantungan manusia.
 Tidak ada gambaran yang lebih mantap mengenai pribadi seorang manusia daripada gambaran yang diberikan oleh Yohanes mengenai Yesus sebagai manusia yang nyata, yang menghadapi situasi yang suram dengan sikap berwibawa yang begitu menakjubkan, karena Ia hidup bergantung sepenuhnya kepada Allah. Manusia hanya dapat disebut manusia yang sesungguhnya apabila ia hidup sepenuhnya dalam persekutuan dengan Allah, sama seperti yang dilakukan oleh Yesus. Segi lain dari pengertian manusia yang sejati yang tampak dalam ajaran Yesus menurut Yohanes ialah bahwa hal-hal rohani lebih penting daripada hal-hal yang bersifat jasmani. Seseorang manusia yang sejati juga harus mendahulukan kepentingan orang lain.
Catatan Yohanes mengenai kodrat manusia sangat sedikit. Berbagai macam kata digunakan untuk menyebut manusia dan pemakaiannya berbeda-beda, yaitu:
1.      Anthropos
Kata anthropos sering dipakai untuk menyebut manusia secara umum (Yoh. 1:4, 9; 2:25; 7:22-23; 8:17; 11:50; 16:21; 17:6; 18:17; 19:5). Kata anthropos menyatakan perbedaan khusus antara manusia dan Allah (Yoh. 3:27; 5:34; 10:33). Menurut Yohanes 3:19, manusia lebih menyukai kegelapan dari pada Allah, dengan  kata lain anthropos berlawanan dengan Allah.
2.      Psukhe atau nyawa (Yoh. 12:25; 13:37; 15:13)
Dalam Yohanes 10:24 kata ini digunakan dalam arti hati nurani atau jiwa manusia.
3.      Sarx
Kata sarx artinya bertentangan dengan Allah (Yoh. 8:15). Oleh karena itu, sarx dalam tulisan-tulisan Yohanes kadang-kadang berarti manusia yang terpisah dari Roh Allah. Namun istilah tersebut juga digunakan untuk menggambarkan kehidupan Yesus sebagai manusia (Yoh. 1:14; 6:51-56).
4.      Soma
Soma atau tubuh digunakan hanya untuk tubuh Yesus yang disalibkan (Yoh. 2:21; 19:38; 20:12).
            Dalam tulisan-tulisan Yohanes jelas terlihat bahwa manusia mempunyai nilai yang tinggi dalam pandangan Allah, meskipun keadaannya sekarang sangat bertentangan dengan Allah. Yesus menjelma menjadi manusia menjadi bukti bahwa manusia berharga di mata Allah. Dalam keseluruhan injil Yohanes diperlihatkan pertentangan antara bagaimana keadaan manusia yang diharapkan dan bagaimana keadaan manusia dalam kenyataan. Pesan Yesus dalam injil Yohanes ialah hanya oleh iman kepada-Nya kesempatan terbuka bagi manusia untuk memperoleh keadaan diri yang seutuhnya.

C.     Kisah Para Rasul
Dalam Kisah Para Rasul terdapat beberapa pokok khusus mengenai ajaran manusia yang tidak terdapat dalam kitab-kitab injil Sinoptik. Dalam kitab-kitab ini yang menjadi pusat perhatian bukan ditunjukkan kepada Yesus sebagai manusia sejati tetapi pada Dia yang disalibkan. Manusia dipandang sebagai makhluk yang harus taat kepada Allah (Kis. 5:29, 32), hal ini ditunjukkan oleh Petrus dan Yohanes ketika diperhadapkan di depan Mahkamah Agama; dengan tegas mereka memutuskan untuk taat kepada Allah dari pada kepada Mahkamah Agama (Kis. 4:19). Ketidaktaatan orang-orang Israel merupakan salah satu tema utama dalam pembelaan Stefanus (Kis. 7:39) dimana mereka senantiasa menentang Roh Kudus sama seperti nenek moyangnya pada zaman dauhulu (Kis.7:51). Kegagalan manusia pada masa lampau maupun masa kini untuk mencapai ketaatan yang sempurna itu justru lebih menonjolkan pola nyata dan manusia diciptakan untuk hidup menurut pola itu.
Segi yang paling istimewa dalam Kisah Para Rasul ialah kesadaran bahwa semua orang, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, sama kedudukannya di hadapan Allah. Hal ini dapat kita lihat dari kehidupan Kornelius dan keluarganya yang bukan Yahudi masuk ke dalam lingkungan jemaat Kristen dengan kedudukan yang sama. Hal ini menandakan suatu perkembangan yang sangat penting dalam ajaran Kristen mula-mula mengenai manusia, dimana selanjutnya konsili Yerusalem menetapkan suatu keputusan bahwa tidak ada keharusan bagi orang-orang bukan Yahudi untuk diselamatkan. Rintangan-rintangan ras dihapuskan dan manusia dipandang sebagai manusia dan bukan hanya sebagai anggota suatu kelompok etnis.
Segi lain yang menonjol dalam Kisah Para Rasul ialah cara mengakui manusia dalam segi manusianya. Cara hidup jemaat mula-mula merupakan suatu kesaksian tentang adanya rasa sosial yang kuat di antara mereka (Kis. 4:32). Mereka hidup bukan hanya untuk kepentingan diri-sendiri tetapi terdapat rasa solidaritas yang tinggi yang mereka lakukan secara sukarela. Hal ini juga memunculkan tindakan-tindakan dalam bentuk pertolongan di lingkungan jemaat Kristen, seperti member bantuan, mengirimkan sumbangan kepada jemaat-jemaat yang membutuhkan (Kis. 6:1; 11:29). Sebelum Kornelius betobat dalam iman Kristen, ia sudah terkenal karena kemurahn hatinya (Kis. 10:2) dan Paulus juga member pesan pada para penatua di Efesus agar membantu orang-orang yang lemah (Kis. 20:35).
Di dalam kitab ini juga memperlihatkan kedudukan manusia yang sama (perempuan maupun laki-laki). Hal ini dapat kita lihat ketika peristiwa loteng di Yerusalem di mana perempuan juga turut hadir dan pada hari Pentakosta mereka juga menerima pencurahan Roh Kudus tanpa perbedaan apapun (Kis. 1:14). Petrus juga mengutip nubuatan nabi Yoel bahwa “anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan” akan bernubuat (Kis. 2:17). Semua manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Hal ini disambut baik oleh jemaat mula-mula dan kita dapat melihat ada beberapa perempuan yang cukup menonjol dalam pelayanan Paulus (Kis. 18:2, 26). Perempuan dan laki-laki juga memiliki tanggung jawab yang sama seperti yang dialami oleh Safira dengan suaminya Ananias ketika mereka mendustai Roh Kudus (Kis. 5:1-11). Beberapa orang menganggap bahwa Kisah Para Rasul terdapat sebuah perikop yang menyajikan suatu pandangan tentang manusia yang berbeda dengan pandangan PB. Dalam khotbah Paulus di Areopagus (Kis. 17) terdapat suatu pernyataan yang dianggap pandangan Helenistik mengenai manusia. Orang-orang didorong untuk mencari Allah atas dasar pemikiran bahwa Dia berada tidak jauh ari masing-masing pribadi kita. Orang-orang Stoa mengajukan gagasan tentang adanya hubungan keluarga antara manusia dan Allah. Jelas bahwa gagasan-gagasan tersebut terasa asing bagi PB karena berasal dari pemikiran Yunani.

BAB III
KESIMPULAN
Manusia yang adalah ciptaan Allah jatuh ke dalam dosa dan terpisah dari Allah. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dengan mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan manusia ciptaan-Nya. Ternyata manusia sangat berharga di mata Allah sehingga Allah rela mati untuk manusia. Sebagai ciptaan baru (orang-orang yang telah ditebus), manusia harus bergantung sepenuhnya kepada Allah karena Allah adalah sumber kehidupan manusia (Yoh. 14:6). Allah sanggup mencukupi kebutuhan manusia, baik kebutuhan roh, jiwa, dan tubuh.
Perlu disadari bahwa di hadapan Allah, manusia itu sama dan sederajat. Allah tidak memandang bulu, apakah Yahudi, non-Yahudi; pria atau wanita; anak-anak atau orang dewasa; kaya atau miskin; budak atau orang merdeka semuanya sama dan berharga di mata Allah.   Untuk itu sebagai orang-orang tebusan Allah, tiadak ada alasan untuk menyombongkan diri dengan apa yang dimiliki, karena semua itu berasal dari Allah. Tugas orang-orang tebusan Allah dalah memuliakan Allah dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (Mat. 22:37-39).  
Sumber-Sumber:
Guthrie, Donald. Teologi PB 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996. Hal. 148-166.
Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009. Hal. 168, 173.
Subandrijo, Bambang. Menyingkap Pesan-pesan PB 1. Bandung: BMI, 2010. Hal. 77-80.
Daftar Ayat-Ayat:
1.      Kejadian 1:27: Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakannya dia; laki-laki dan perempuan diciptakannya mereka.
2.      Yesaya 43:4: Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
3.      Mat. 5:7: Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
4.      Mat. 5:9: Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
5.      Mat. 5:16: Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.
6.      Matius 10:31: Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari banyak burung pipit.
7.      Mat. 11:4-6, 19: Yesus menjawab mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengan dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak kecewa dan menolak Aku. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh kuasa-Nya.”
8.      Matius 12:10-11: Di situ seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadanya: “Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?” Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. Tetapi Yesus bekata kepada mereka: “Jika seorng ari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?
9.      Matius 16:26: Apakah gunanya seorang memperoleh seluruh sunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Lukas 9:25).
10.  Mat. 18:1-6, 10, 14: Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadmu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi sama seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerjaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil iniyang oercaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut (Mrk. 9:43-47).
11.  Mat. 19:4, 13: Jawab Yesus: “Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjdikan mereka laki-laki dan perempuan? Ay. 13: Lalu orang membawa anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkantangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
12.  Mat. 21:15: Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: “Hosana bagi Anak Daud!” hati mereka sangat jengkel
13.  Mat. 22:37-39: Jawab Yesus kepadanya: “kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Inilah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukun yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
14.  Matius 26:41: Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaaan, roh memang penurut, tetapi daging lemah (Mrk. 14:38).
15.  Markus 7:14: Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka; “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.”
16.   Markus 8:37: Karena apa yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
17.  Mrk. 10:6: Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan.
18.  Luk. 1:28: Ketika malaikat itu masuk ke rumah maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
19.  Luk. 8:2-3: dan juga beberpa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan itu nelayani rombongan dengan kekayaan mereka.
20.  Luk. 17:10: Demikianlah juga kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.”
21.  Luk. 23:27: Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.
22.  Luk. 24:1: tetapi pagi-pagi benr pada ari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.
23.  Yoh. 1:4, 9, 14, 17: Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia-manusia. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan yang diberikan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datangnya dari Yesus Kristus.
24.  Yoh. 2:21: Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri.
25.  Yoh. 3:27: Jawab Yohanes: “Tidak seorang pun yang dapat mengambil sesuatubagi dirinya, kalu tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.
26.  Yoh. 4:6-7:Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus dangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimbah air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”
27.  Yoh. 6:38: Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk nmelakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku
28.  Yoh. 8:15: Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun
29.  Yohanes 10:24: Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah it uterus terang kepada kami.”
30.  Yoh. 11:33-35: Ketika Yesus melihat Maria menangis dan orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dengan Dia, maka masygillah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: “Dinamanakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” maka menangislah Yesus.
31.  Yoh. 12:25: Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untk hidup yang kekal.
32.  Yoh. 14:6: Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datag kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
33.  Kis. 1:14: Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.
34.  Kis. 2:17: Akan terjadi pda hari-hari terakhir demikianlah firman Allah bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu lelaki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.
35.  Kis. 4:19, 32: Tetapi Petrus dan Yohanes menjawab merek: “Silahkan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak  seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
36.  Kis. 5:29: “Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada taat kepada manusia.”
37.  Kis. 6:1: Pada masa itu, ketika jumlah murid bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
38.  Kis. 7:39, 51: Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke Mesir. Hai orang-orang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.
39.  Kis. 10:2: Ia saleh, ia dan seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.
40.  Kis. 18:2: Di Korintus ia bertemu dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Itali dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klauudius telah memerintakan, supaya semua orang Yahidu meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.
41.  Kis. 20:35: Dalam segala sesuatu telah kuberikn contoh kepadamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataaan TuahnYesus, sebab Ia sendri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia member dari pada menerima.

Daftar Pertanyaan:
1.      Mengapa dalam masyarakat Yahudi, laki-laki lebih tinggi derajatnya dari wanita?
Jawab: karena memang sejak zaman nenenk moyang Israel, laki-laki dianggap lebih penting dari perempuan. Pada waktu orang Israel keluar dari tanah Mesir yang dihitung adalah laki-laki; di Sinagoge juga yang belajar hukum taurat adalah laki-laki dan bukan wanita. Mereka mengikuti keturunan melalui garis ayah (patrilinear), sehingga laki-laki selalu unggul dalam segala hal.
2.      Apa maksud orang percaya tidak dikuasai oleh dosa tetapi dunia sudah tercemar oleh dosa?
Jawab: kita tahu bahwa ketika Yesus datang ke dalam dunia (Yoh. 3:16), Ia telah menebus semua orang percaya dari dosa-dosa mereka. namun dosa tetap ada dalam dunia, sehingga kita masih 100% memiliki kesempatan untuk tidak melalukan dosa dan 100 % juga untuk jatuh dalam dosa.
3.      Zaman sekarang banyak orang yang merasa berharga ketika mereka memiliki barang-barang mewah dan berharga. Bagaimana tanggapan kita tentang hal ini?

Jawab: orang-orang merasa berharga dengan keadaan demikian tergantung dari konsep diri mereka. jika konsep diri seseorang baik, apapun keadaannya, baik berkekurangan atau berkelimpahan, ia akan tetap merasa berharga karena ia telah ditebus oleh Yesus.